Headlines News :
Home » » Budaya pesta keladi

Budaya pesta keladi

Written By Unknown on Senin, 02 Maret 2015 | 05.47.00

Tanggal 15 januari 2015,  pesta keladi (wawogo maya) dengan 5000 pohon keladi dan 38 Ekor babi di weandoga, kecamatan bibida kabupaten, Paniai-papua.


    Kegiatan sosial masyarakat yang sifatnya untuk memainkan semngat dalam sosial ekonomi dan budaya dengan kegiatan (Wawogo maya) atau pesta keladi, Kegiatan semacam ini terjadi pada kelompok masyarakat moni yang ada di lemba wea sekarang di sebut wilayah moni, (Wawogo) adalah pesta yang sangat besar bagi orang moni di lemba wea kegiatan wawogo hanya pada suku moni yang berada di wilayah Moni sekitarnya. Pesta wamaya tidak selalu namun waktu-waktu tertentu dalam lima belas sampai dua pulu tahun sekali dengan maksud-maksud tertentu bahwa keladi adalah berasal dari tubu manusia moyang suku moni yang bernama WAGAHOLO.

Maka pesta keladi (wawogo maya) dengan 5000 pohon keladi dan 38 Ekor babi di weandoga, kecamatan bibida kab, Paniai-papua.
 Lokasi Kebun  kedali (Wambah intoh) di Onagekemo jahunya sekitar 2 kilo m, Tuan kebun keladi adalah beradek kakak bapak Titus Zonggonau dan Bapak Refer Zonggonau mereka berwibawa sebagai sonowi mpogowi dengan tujuhan; melestariakn budayah moyang setempat, mempersatukan hubungan kekerabatan lebih erat, menyelesaikan semua tungakan masalah, dan mengakui bahwa keladi benar-benar berasal dari tubu moyang mereka yaitu moyang Wagaholo zonggonau.
Budaya pesta keladi ini,merupakan Sejarah dari Tete moyang,suku moni dan suku moni ini juga brasal dari keladi,maka generasi kegenerasi membertahankan acara pesta keladi,maka terbentuklah sebuah budaya yang tinggi dikalangan suku Moni yaitu budaya Pesta Keladi (wamaiya) ini merupakan budaya, masyarakat Moni dapat menciptakan suatu kebudayaan melalui akal pikiran, kalbu, budi pekerti yang luhur, yang berkembang di lingkungannya pesta keladi ini program budaya jangga panjang 4-10 tahun sekali, maka terbentuklah kebudayaan yang lebih berkembang dan lebih maju serta menjelma sebagai masyarakat adat di dalam kehidupan sosialnaya suku moni weandoga duma dan dama dll.

(Wa mayaa) wa,artinya keladi sedangkan (Mayaa), artinya pesta, Wa seseorang membuat kebun keladi baru, setelah menanamkan keladi mengamati keadaan kebun tersebut. Kenyataanya seletah beberapa bulan terjadi perubahan kesuburannya, maka memberitahukan kepada warga setempat untuk memelihara/berternak babi. Babi ini dipelihara untuk dibunuh pada saat pesta kebun keladi (wawogo maya) pada saat keladi suda siap panen segera menyampaikan untuk bisnis (Munadiya) artinya bisnis menyagut dangan uang (kigi kurubia) disamping itu melihat sejumlah babi yang akan dipotong atau mufakat sesuatu masih rahasia setelah perbandingan diantara jumlah/identifikasi berapa batang keladi yang terdapat di kebun dan kebun lain yang telah ditanam pada saat yang sama. Sebab setiap lima batang keladi dihitung dengan satu tulang babi. Jika seekor babi terhitung kurang lebih sepuluh tulang babi, masing-masing tulang babi dipasang dengang lima buah keladi. Sesuai dengan adat istiadat setempat tulang babi yang dipotong terdapat 10 tulang dan dua tulang rusuk. Itu yang dapat dipasang dengan tulang babi tersebut,adatnya  Suku Moni.

Sejarah suku moni dapat di mengerti, jika diceritakan dengan baik oleh orang yang lebih tua, sehingga dengan baik mengetahui sebenarnya. Moni berasal dari dua bahasa yaitu, dalam bahasa moni dan Amungme. Moni dalam bahasa moni ada dua kata “modia” dan “Ni”. Modia artinya “kunya” Ni artinya “kelompok”. Jadi moni artinya kelompok suku yang menghargai orang lain, mengunyak lalu beri makan. Suku moni yang kasih sayangnya besar kepada suku lain. Sedangkan moni dalam bahasa suku Amungme terdapat dua kata yaitu  “Mo” dan “Ni”. Mo artinya “keladi” dan “NI” artinya kelompok suku. Moni artinya kelompok suku yang berasal dari keladi.
Mengapa memberi nama demikian….?

Wa atau keladi berasal dari tubunya moyang suku moni bernama WAGAHOLO yang tempat dimana pembunuan WAGAHOLO terjadi dikampung Wa sekarang disebut Tembagapura. Waktu itu tidak ada nama kampung wa. Mereka melakukan segala aktivitasnya disana Wagaholo memandang sekelilingnya kemudan melihat sebuah gunung yang tinggi di beri nama Puyapigu yang sekarang di sebut Grasberg. Pada saat keluar dari Mbomogo, wagaholo membawa serta juga dua orang anak laki-laki. Setelah mereka berada disini mengalami banyak kesulutan terutama kebutuhan hidup mereka yaitu makanan, oleh karena itu Wagaholo selalu berusaha memcari makanan mulai berkreasi untuk mencari jalan keluar untuk mendapat makanan untuk kedua anaknya.

Wagaholo berbicara dengan alam dengan menggunakan bahasa migic untuk memberikan makanan kepadanya, akhirnya permintaan selalu dikaburkan. Permintaan tersebut adalah untuk meramas dirinya sendiri untuk mengeluarkan keladi dari dalam tubunya penuhi dapat beri makan sehari kepada mereka. Setelah itu memberi nasehat kepada kedua anak segera mebangun kebun, jika kita tidak membagun kebun mengalami kelaparan. Beberapa hari kemudian melelukukan aktivitasnya dengan apa yang dikatakan itu. Ketika kebun sedang terbuka, maka batang keladi yang berasal dari peramasan tubunya Wagaholo tadi diambil umbinya lalu batang ditanam kembali pada kebun yang sedang dikerjakan itu.

Pada bulan berikutnya batang keladih selesai tanam secara vegetasi berikut ayahnya sedang pulang istrahat karena kecapaian, memanggil kedua anak berkata: kamu berdua menyelesiakan sisa pekerjaan ini, lalu pulang kata ayahnya, ayahnya pulang mendahului mereka, setelah sampai Wagaholo mulai kembali melakukan kegiatan meramas tubunya, dan mengeluarkan dua buah keladi namun keladi yang ketiga tidak sempat keluar ia target hati bahwa anaknya yang menitip dia, hal ini menyebabkan karena kedua anaknya ingin mengetahu kegiatan ayahnya.  Meniggalkan pekerjaanya dan pergi mengitip ayahnya dari cela Bepak/pondok yang dibangun untuk mereka tinggal sehingga Wagaholo mengalami kesakitan dan tdak bisa keluar keladi dari dalam tubuhnya kerena keua anaknya mengitip, maka Wagaholo berkata kepada kedua anaknya bawah kamu sudah melakukan kesalahan dan telah kamu mengitip saya dan mengetahui rasiha saya, oleh kerena itu jangan takut terhadap saya tetapi datang dan mengikuti apa yang saya sampaikan, saya tidak layak hidup bersama kamu berdua kerena sudah tidak dapat mengeluar keladi dari dalam tumbu ayahmu ini dan beri makan kepada kamu. Jadi kamu dua membawa holo (tali) ikat leherku, gantung dipohon. Jika saya meninggal, kamu melakuakan sesuai dengan apa yang saya sampaikan kepada kamu, sebagai berikut: 1) membunu saya dengan menggunakan holo (tali). 2) setelah saya meninggal, kamu bela saya menjad lima bagian. 3) empat bagian yakni kedua tangan dan kaki harus kubur di setiapa bagian sudut kebun.4) kepala, perut, hati dan jantung semuanya ditanam ditengah kebun. 5) kamu bole masuk kesana (kekebun) setelah empat hari.

Mendegarkan dan melihat kenyataan itu kedua anak sangat menyesal,namun mereka melakukan sesuai dengan apa yang dikatakan kepada mereka oleh bapa mereka. Setelah melakukannya itu mereka merenungkan apa yang akan terjadi setelah empat hari. Akan tetapi kedua anak itu tidak menahan dirinya dan menjadi perasahan terhadap pesan ayah mereka sehingga sebelum genap empat hari sesua dengan pesan ayah, mereka terbisik-bisik untuk masuk kebun dengan pelahan-lahan setelah mereka tiba dikebun apa yang akan terjadi di hadapan mereka ketika memandang kebun, ternyata kebun itu penuh dengan berbagai jenis keladi. Ketika masuk kebun pandangan kearah kebun yang sangat subur itu, dan kemudian dengan berhati-hati, namun tidak sengaja menginjak pada sebatang ranting kayu kering. Maka ranting kayu tersebut patah lalu bunyinya sangat keras, akhirnya keladi tersebut jadi burung lalu terbang ke arah timur, ada yang ke arah barat, ada juga yang kearah selatan dan utara, dan sebagainya namun hanya satu keladi yang di tengah kebun itu tidak terbang. Yang tidak terbang di tenga kebun itu adalah jantung ayah mereka. Sehingga mereka mengambil dan memberinama TIGIBOGE. Sekarang keladi tersebut masih terbawah-bawah oleh klein zonggoanu/ suku moni. Dalam penerbarannya jenis keladi in marga lain susa mengembangkan sedangkan klein lain dapat di tanam tetapi untuk sekali tanam dan panen. Tidak akan tumbuh dan berkembang jika ditanam keduakalinya.

Ilustrasi diatas memberikan kontribusi moril kepada orang lain supaya tahu sebenarnya kampung Wa itu. Kerena itu orang Ugindoni/orang Amungme memberikan kepada klein zonggoanu yang menyatak orang Zonggonau itu berasal dari keladi. Peristiwa ini berasal dari kampung Wa dimana sekarang di sebut Tembagapuara, wilayah pertambangan PT Freeport Indonesia ini.

Saya pikir budaya suku Amungme juga sama persis budayah ini.

 penulis ; Tendy zonggonau./ kabar amugikibah.

                          FOTO pesta keladi
Add caption


Share this post :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AMUGI KIBAH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger