Headlines News :
Home » » Pandangan Universal Antropologis-Sosiologis Tentang Lunturnya Kebudayaan di Papua

Pandangan Universal Antropologis-Sosiologis Tentang Lunturnya Kebudayaan di Papua

Written By Unknown on Selasa, 04 Agustus 2015 | 05.42.00

Oleh Akulian Gobai
Budaya Suku Mee, salah satu budaya di Papua. Foto: Ist.
Papua sedang dan telah dilanda kelunturan budaya aslinya. Apa sihpenyebab? Hal ini disebabkan adanya pengaruh budaya luar (Indonesia & asing) oleh era globalisasi. Papua sebagai suku bangsa di Timur Indonesia mempunyai karakteristik plagiarisme dalam segala aspek yang tinggi dan Papua mempunyai gensi yang sangat tinggi, serta bermentalitas lemah. Hal ini lebih dikhususkan kepada pemimpin-pemimpin daerah beserta kepala-kepala dinas dan jajaranya.

Oleh karena Itulah kebanyakan orang Papua sangat malu untuk memakai budaya-budaya yang ada di Papua, karena mungkin, budaya Papua dianggap ketinggalan zaman. Mereka cenderung mengikuti apa yang menjadi budaya bangsa luar (Indonesia & asing).

Untuk apa kita malu akan kebudayaan bangsa kita sendiri? Siapa lagi kalau bukan kita yang bisa melestarikan budaya-budaya yang ada di Papua? Sebagai orang Papua, kita malu mengakui dan melestarikan budaya Papua, tetapi kita sendiri tidak mau, jika ada negeri dan generasi berikut yang mengklaim kebudayaan bangsa kita. Bagaimana suku bangsa lain tidak mengambil kebudayaan kita, kalau kita sendiri bisanya hanya mengikuti apa yang dibudayakan oleh suku bangsa lain, seperti suku bangsa Manado, Toraja, Batak, Jawa dan lainnya?

Dengan demikian, mari kita melihat dengan seksama beberapa faktor yang menghambat dan mendorong kebudayaan di negeri Papua saat ini.

1. MENDORONG PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi (kebudayaan material). Adanya individu-individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda. Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.

2. MENGHAMBAT PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti : adat istiadat dan keyakinan agama / religi tradisional ( kebudayaan non material). Adanya individu-individu yang suka menerima unsur-unsur perubahan, terutama generasi mudah Papua yang tidak mengenal warna kulit, keriting rambut dan pada umumnya adalah jati diri orang asli Papua ras Melanesia.

Adapun pandangan-pandangan teori lain, faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan budaya di Papua yaitu faktor Intern dan Ekstern.

1. Faktor Intern

Perubahan Demografis (Pandangan Antropologi Perkotaan)
Penduduk di suatu daerah cenderung terus bertambah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan di berbagai sektor kehidupan, aspek perekonomian. Penambahan penduduk ini akan mempengaruhi persediaan kebutuhan pangan, sandang, keladi, sagu, petatas, singkong, dan tanaman holtikultura.

Konflik Social (Pandangan Organisasi Sosial)
Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat di daerah transmigrasi, daerah rawan untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.

Bencana Alam (Pandangan Antropolgi Ekologi)
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempengaruhi perubahan alam; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi. Masyarakat akan dievakuasi dan dipindahkan ke tempat yang baru. Di sanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat, sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.

Perubahan Lingkungan Alam (Pandangan Antropolgi Ekologi)
Perubahan lingkungan ada beberapa factor, misalnya ketinggian muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim, sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.

2. Faktor Ekstern

Perdagangan (Pandangan Antropologi Ekonomi)
Papua terletak pada jalur perdagangan Asia Timur dengan India, Timur Tengah, bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Papua sebagai tempat persinggahan pedagang-pedagang besar. Selain berdagang, mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat (masyarakat asli Papua), sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada. Contoh: di Kepulauan Raja Ampat, PT Freeport Indonesia di Timika, Pabrik Semen di Maruni (Manokwari), kelapa sawit Nabire di Wami, dll.

Penyebaran Agama (Pandangan Antropologi Agama)
Masuknya unsur-unsur agama Islam, Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Papua dan masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen (Kingmi, Katolik, GKI, GIDI, GPDI, Pentakosta, dan Tubuh Kristus), serta kolonialisme sangat mempengaruhi perubahan budaya asli Papua.

Peperangan Antara TNI/Polri dan Masyarakt Jelata Papua (Pandangan Antropogi Organisasi Sosial)
Kedatangan bangsa Indonesia ke Papua, umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, “ilmu gelap”, pemerkosaan, intimidasi, pengecelan dan secara halus yang sedang lihat di negeri yang penuh dengan misteri ini adalah penerapan Otonomi Khusus (Otsus) dan ada pula melalui penyakit HIV/AIDS, Miras, Togel, Judi, pembunuhan, pemekaran, penempatan rumah lokalisasi di setiap kabupaten/daerah yang ada di pelosok Papua, Ceme, dan lain-lain. Dalam suasana tersebut, unsur-unsur budaya bangsa Indonesia ikut masuk.

****
Manusia itu tidak akan bisa hidup tanpa budaya, karena budaya menyatukan relasi sosial. Oleh karena itu, kita jangan sampai melupakan budaya kita sendiri (Papua). Kita harus terus melestarikannya. Salam!

*) Penulis adalah Mahasiswa yang sedang menempuh ilmu di Fakultas Sastra dan Budaya Jurusan Antropologi Budaya, Universitas Papua (Unipa)
Share this post :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AMUGI KIBAH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger