Foto kota Enarotali dari danau Paniai, tampak bukit Bobaigo bagian kanan (2/7/2015) - Jubi/Abeth You |
Jayapura, Jubi – Hilangnya senjata api (senpi) milik Paskhas, Satgas Pengamanan Daerah Rawan (Pam Rahwan) TNI -AU yang bertugas di areal Bandara Udara Enarotali, Paniai, Papua dinilai penipuan kepada publik untuk mengkelabui kasus Paniai Berdarah 08 Desember 2014 lalu.
Hal tersebut disampaikan Tokoh Pemuda Paniai, Tinus Pigai kepada Jubi melalui telpon selular dari Enarotali, Sabtu (15/8/2015).
“Komentar yang mereka (TNI) sampaikan itu alasan tidak berbobot. Sangat tidak benar. Ini hanya mencari celah demi kepentingan mereka, yang ujungnya meresahkan bagi masyarakat semua,” kata Tinus Pigai.
Dikatakan Tinus, apabila pihak pelaku pencuri menghilang ke arah bukit Bobaigo, mengapa tidak kejar sampai ke puncak atau cari di bukit tersebut.
“Jikalau mereka (pelaku) menghilang di bukit Bobaigo, di hutan mana mereka berlindung atau sembunyi? Ya, saya mau bilang di bukit Bobaigo itu tidak ada hutan atau tidak ada goa dan lain sebagainya. Yang ada hanyalah ilalang saja. Apakah manusia bisa sembuyi di ilalang dan tidak ditemukan? Bagi saya pernyataan dari TNI ini sangat aneh,” tandas Pigai.
Juga, lanjut Pigai, kalau pelaku lari ke arah kampong Dagouto mereka naik tidak bisa sembunyi dalam rawa-rawa. Tidak ada juga gunung dan lembah yang naik turun.
“Dari bandara Enarotali sampai di Dagouto itu dataran rendah saja. Hanya rawa-rawa. Juga ke Dagouto itu ada jalan baru, bisa kejar pakai kendaraan atau lepaskan tembakan itu pasti pelaku langsung tertembak,” tambahnya.
“Saya mau bilang, tidak ada hutan yang sulit ditemukan. Masih dalam area kota Enarotali. Cobalah berikan komentar itu yang benar. Jagan mengada-ada dan memperkeruh situasi,” terangnya.
Secara terpisah warga lain dari Enarotali, Degepai Piet mengatakan, selama ini situasi tidak aman, hingga baru-baru ini dilakukan sweeping barang oleh aparat keamanan kepada masyarakat.
“Kemarin dan hari ini TNI, Polri, Brimob melalukan sweeping kepada masyarakat di Enarotali dan Madi. Padahal menurut aparat pencuri itu hilang ke arah bukit Bobaigo tapi tidak dicari ke sana. Jika mereka kejar sampai ke Bobigo pasti mereka tangkap pelaku karena Bobaigo itu hanya bukit yang penuh dengan ilalng, tidak ada pohon besar, tidak ada lubang batu dan sebagainya. Nah, sekarang aparat alihkan arah cari warga yang tidak tahu menahu di kota Enarotali,” jelas Degeipai.
Koodinator Politik, Hukum dan HAM, Pemerintahan, Hubungan Luar Negeri DPR Papua, Laurenzus Kadepa menjelaskan, pihaknya menilai hal tersebut hanya pengalihan isu kasus Paniai Berdarah.
“Itu hanya pengalihan isu Paniai Berdarah lalu. Ya, isu yang mereka sengaja buat. Kalau mereka lari ke Bobaigo itu belakangnya hanya danau Paniai saja. Dalam sekejap itu pencuri menggunakan speedboad bisa sampai di seberang danau kah? Masalah kali ini tidak masuk akal,” tegas Laurenzus Kadepa kepada Jubi via selular, Sabtu (15/8).
Kadepa berpesan, semua kompinen di Paniai arus tenangkan diri untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI dan lakukan secara martabat. “Harus sadar diri. Jangan mengada-ada karena itu semua tidak ada untungnya,” ucapnya. (Abeth You)
Hal tersebut disampaikan Tokoh Pemuda Paniai, Tinus Pigai kepada Jubi melalui telpon selular dari Enarotali, Sabtu (15/8/2015).
“Komentar yang mereka (TNI) sampaikan itu alasan tidak berbobot. Sangat tidak benar. Ini hanya mencari celah demi kepentingan mereka, yang ujungnya meresahkan bagi masyarakat semua,” kata Tinus Pigai.
Dikatakan Tinus, apabila pihak pelaku pencuri menghilang ke arah bukit Bobaigo, mengapa tidak kejar sampai ke puncak atau cari di bukit tersebut.
“Jikalau mereka (pelaku) menghilang di bukit Bobaigo, di hutan mana mereka berlindung atau sembunyi? Ya, saya mau bilang di bukit Bobaigo itu tidak ada hutan atau tidak ada goa dan lain sebagainya. Yang ada hanyalah ilalang saja. Apakah manusia bisa sembuyi di ilalang dan tidak ditemukan? Bagi saya pernyataan dari TNI ini sangat aneh,” tandas Pigai.
Juga, lanjut Pigai, kalau pelaku lari ke arah kampong Dagouto mereka naik tidak bisa sembunyi dalam rawa-rawa. Tidak ada juga gunung dan lembah yang naik turun.
“Dari bandara Enarotali sampai di Dagouto itu dataran rendah saja. Hanya rawa-rawa. Juga ke Dagouto itu ada jalan baru, bisa kejar pakai kendaraan atau lepaskan tembakan itu pasti pelaku langsung tertembak,” tambahnya.
“Saya mau bilang, tidak ada hutan yang sulit ditemukan. Masih dalam area kota Enarotali. Cobalah berikan komentar itu yang benar. Jagan mengada-ada dan memperkeruh situasi,” terangnya.
Secara terpisah warga lain dari Enarotali, Degepai Piet mengatakan, selama ini situasi tidak aman, hingga baru-baru ini dilakukan sweeping barang oleh aparat keamanan kepada masyarakat.
“Kemarin dan hari ini TNI, Polri, Brimob melalukan sweeping kepada masyarakat di Enarotali dan Madi. Padahal menurut aparat pencuri itu hilang ke arah bukit Bobaigo tapi tidak dicari ke sana. Jika mereka kejar sampai ke Bobigo pasti mereka tangkap pelaku karena Bobaigo itu hanya bukit yang penuh dengan ilalng, tidak ada pohon besar, tidak ada lubang batu dan sebagainya. Nah, sekarang aparat alihkan arah cari warga yang tidak tahu menahu di kota Enarotali,” jelas Degeipai.
Koodinator Politik, Hukum dan HAM, Pemerintahan, Hubungan Luar Negeri DPR Papua, Laurenzus Kadepa menjelaskan, pihaknya menilai hal tersebut hanya pengalihan isu kasus Paniai Berdarah.
“Itu hanya pengalihan isu Paniai Berdarah lalu. Ya, isu yang mereka sengaja buat. Kalau mereka lari ke Bobaigo itu belakangnya hanya danau Paniai saja. Dalam sekejap itu pencuri menggunakan speedboad bisa sampai di seberang danau kah? Masalah kali ini tidak masuk akal,” tegas Laurenzus Kadepa kepada Jubi via selular, Sabtu (15/8).
Kadepa berpesan, semua kompinen di Paniai arus tenangkan diri untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI dan lakukan secara martabat. “Harus sadar diri. Jangan mengada-ada karena itu semua tidak ada untungnya,” ucapnya. (Abeth You)