Headlines News :
Home » , » Orang Non Papua Datang Mencari Uang Di Papua

Orang Non Papua Datang Mencari Uang Di Papua

Written By Unknown on Senin, 27 Juni 2016 | 02.29.00

Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbay, George Awi


PAPUA, kabar amugi kibah– Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbay, George Awi mengatakan, orang non Papua yang datang, bukan untuk menuntu ilmu di daerah paling ujung timur Indonesia itu, melainkan untuk mencari uang dan nantinya kembali lagi ketempat kampung halaman mereka.

Disamping itu dirinya meminta Pemerintah pusat untuk memberikan peluang bagi generasi muda anak Papua termasuk putra/i asal Port Numbay untuk maju dan berkembang, diantaranya melalui bidang Pendidikan.

“Pendidikan merupakan satu investasi yang sangat besar nilainya, dan tidak bisa diukur sehingga dengan dukungan Dana Otonomi Khusus, Walikota Jayapura DR. Benhur Mano telah melakukan berbagai terobosan dalam upaya membangun sumber daya manusia (SDM),” ungkapnya, saat menyampaikan sambutan pada acara peresmian Asrama Mahasiswa Port Numbay, di Salatiga, Jawa tengah, Sabtu (25/06) lalu.

Sebab ia menilai SDM sebagai suatu investasi yang tak bisa diukur nilainya. Maka perlu ditanamkan untuk 20-30 tahun mendatang seirama dengan  perkembangan dan pembangunan kota Jayapura khususnya serta Papua pada umumnya.

“Karena itu kalau Papua tidak maju dan tidak diberikan ruang maka yang tidak maju adalah Indonesia. Karena Papua merupakan integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,” jelasnya.

Awi juga mengapresiasi Walikota Jayapura DR. Benhur Tomi Mano yang bukan berwacana melainkan sudah membuktikan dengan tindakan yang nyata. Lanjutnya, situasi politik terkini menuntut agar Bhineka Tunggal Ika betul-betul terwujudkan dan bukan hanya lips service saja. Dan hal itu telah dimulai oleh Wali kota Salatiga dengan memberikan ruang serta tempat bagi pembangunan asrama Port Numbay di kota yang terkenal dengan kesejukkannya.

Ia mengakui saat anak-anak Port Numbay membawakan tarian adat Papua, dirinya selaku ketua LMA sempat terharu dan mengeluarkan air mata saat memberikan sambutan.

“Karena anak-anak Port Numbay menuntut ilmu ditanah rantau namun mereka bisa memperlihatkan kepada masyarakat Salatiga bahwa adat Port Numbay betul-betul dilestarikan bukan saja di Kota Jayapura, namun diluar Papua pun mereka lestarikan,”terangnya.

Awi juga sempat berpikir di era globalisasi seperti saat ini keberadaan generasi seangkatannya akan berakhir.

“Namun ternayata walaupun anak-anak ini mereka berada di Salatiga namun mereka tetap menunjukan eksistensi dan jati diri mereka selau anak-anak Port Numbay dimana hal ini juga memperkaya khasana budaya indonesia,” tuturnya.

Meskipun demikian, Awi menganggap masi ada yang kurang dengan pembangunan asrama Port Numbay yang tak tampak jati dirinya.

“Filosofi yang memberikan nilai spirit dan moral terhadap anak-anak Port Numbay yang dididik di Salatiga tak tampak terlihat. Padahal hal ini merupakan salah satu alat komunikasi yang mengkomunikasikan kepada semua orang di Salatiga bahwa ini adalah Port Numbay sehingga nampak jelas  bahwa ciri khas Bhineka Tunggal Ika betul-betul nampak,” katanya.

Sebab jika Wali Kota Salatiga tak menerima budaya Port Numbay berarti hal tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini merupakan konsep dari intelektual anak Port Numbay untuk bagaimana melibatkan semua komponen dalam proses pembangunan. 

“Kami tidak boleh jadi objek tapi bagaimana kita menjadi subyek dalam pembangunan ini sehingga tanggungjawab untuk menjaga dan memelihara adat ada pada kami dan itu merupakan konsep DR. Benhur Tomi Mano,” jelasnya.

Kepada mahasiswa salatiga, Awi mengingatkan bahwa mereka datang untuk menuntut ilmu yang nantinya menjadi bekal untuk dibawa pulang dan diterapkan di Papua.

“Orang Jawa, Makassar dan yang lainnya datang ke Papua bukan untuk menuntut ilmu tapi mereka datang untuk mencari uang dan setelah itu kembali ke kampung masing-masing. Namun anak-anak Papua khususnya anak-anak Port Numbay yang datang ke Salatiga bukan untuk membeli tanah namun mereka datang untuk belajar dan kembali untuk membangun daerah,” terangnya.

Awi juga berharap mahasiswa yang saat ini sedang study di UKSW salatiga dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik sebagai generasi penerus yang nantinya akan melanjutkan tongkat estafet dalam membangun Jayapura dan Papua.

“Kita semua berharap setelah kembali, ilmu dan kepintaran yang diperoleh tidak disimpan dan hanya menjadi pameran gelar di kertas tulis tapi bagaimana mengimplementasikan,” harapannya.

Pada kesempatan itu juga Awi juga meminta Wali Kota Salatiga untuk menjaga, melayani serta memperlakukan anak-anaknya sebagai warga negara indonesia sebagaimana dengan warga masyarakat lainnya. (Dami Zanambani/BP)

sumber=Majalahkribo.com, Papua 
Share this post :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AMUGI KIBAH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger