
Ratusan orang yang menamakan diri masyarakat Laskar Umat Islam Surakarta
(LUIS) itu mendatangi rumah ibadah milik pendeta Gren Kirenius, Gembala
GIdI di Joyotakan itu.
Mereka mengakui aksi ini merupakan reaksi atas terbakarnya mushola di
Karubaga, Kabupaten Tolikara. Massa tersebut membawa sejumlah poster
bertuliskan, “Pembakar Masjid Papua Adalah Teroris”, "Darah dibalas
Darah," dan tulisan lainnya.
Massa yang mengenakan pakaian serba hitam ini datang sekitar pukul 15.00
WIB.
Menurut warga, begitu datang, massa langsung masuk rumah bercat
kuning itu dan berteriak-teriak meminta aktivitas ibadah dihentikan.
Mereka ternyata sudah lama mengincar jemaat GIDI tersebut, untuk
ditutup. Alasannya, rumah ibadah tersebut belum memiliki izin dari
Pemerintah Kota Solo.
“Sebenarnya kami sudah tahu lama gereja itu tidak berizin. Tapi karena
momennya di Papua ada pembakaran masjid, kami langsung ingat,” kata
perwakilan LUIS, Joko Sutarto.
Joko mengatakan muslim radikal menuntut agar aktifitas peribadatan di
rumah itu segera ditutup.
“Yang kami tahu, izinnya hanya rumah pribadi bukan rumah ibadah. Makanya
kami minta segera ditutup,” kata dia.
Lebih lanjut Joko menuturkan saat itu massa dipecah menjadi dua tim. Tim
yang satu sebanyak tujuh orang masuk ke rumah untuk bernegosiasi dengan
pemilik rumah.
Sedangkan ratusan massa yang lainnya di halaman rumah
untuk menyampaikan tuntutannya mereka untuk menutup paksa gereja
tersebut.
“Setelah kami kroscek ternyata rumah itu sudah lama sekali untul tempat
ibadah, sudah 15 tahun,” terang Joko.
Tujuh orang itu memaksa para jemaat untuk keluar dari rumah tersebut,
sedangkan Alkitab dan ruang tamu tempat jemaat beribadah dibuang dan
dirusak. Sedangkan kondisi jemaat yang berada didalam rumah belum
diketahui nasibnya.
Kapolresta Solo, Kombes Pol Ahmad Luthfi, saat itu langsung turun ke
lapangan dan meninjau lokasi menjamin tidak terjadi apa-apa karena
pihaknya telah memediasi antara kelompok massa dengan pemilik rumah
ibadah tersebut.
Rumah yang berada di Jl. Rebab No 17 RT 005 /RW 003 tersebut milik, Gren
Kirenius T. Saat kejadian, yang bersangkutan tidak berada di tempat. Di
sana hanya ada istrinya, Yusrina, yang merupakan pendeta, dan sejumlah
kerabatnya yang sedang beribadah.
Menurut warga, di rumah tersebut memang rutin menggelar ibadah setiap
Minggu. Namun warga tidak pernah mempermasalahkan keberadaan rumah
ibadah tersebut.
Akibat kejadian itu, istri Gren Kirenius, mengalami
trauma dan pingsan, sehingga dilarikan ke rumah sakit.
Kericuhan di Karubaga, Tolikara sendiri terjadi akibat kesalahpahaman
antara umat muslim yang akan melaksanakan sholat Id dengan pemuda GIDI
yang menuntut agar kebijakan bersama untuk tidak beribadah dengan
menggunakan toa, berujung pada hadangan aparat keamanan sehingga 9 orang
pemuda GIDI tertembak. 1 diantaranya meninggal dunia.
Kecewa dengan sikap aparat yang represif warga kemudian membakar puluhan
kios dan perumahan milik warga pendatang baik Islam maupun Kristen di
wilayah pasar Karubaga, api yang tidak dipadamkan oleh aparat itu
meluber hingga ke mushola tak berijin yang dibangun para pedagang.
[Solopos/Papuanesia|BeritaSatu]
Berikut videonya :
Tags: balas dendam , GIDI , jawa tengah , kericuhan karubaga ,
penyerangan , peristiwa , solo
Sumber artikel : http://www.papua.us/2015/07/muslim-radikal-balas-dendam-ke-gidi-solo.html @Papuanesia
Sumber artikel : http://www.papua.us/2015/07/muslim-radikal-balas-dendam-ke-gidi-solo.html @Papuanesia