BANDUNG, KabarKampus – Perhelatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika menjadi perhatian tersendiri bagi pemuda Papua yang tergabung dalam Solidartas Untuk Papua di Bandung. Bagi mereka digelarnya KAA adalah semangat yang baik buat negara yang sedang berkembang. Namun momentum ini juga harus dijadikan momentum bagi Indonesia untuk berkaca.
“Pada saat Presiden Sukarno memasukkan Papua ke NKRI, ada lebih dari 100 ribu rakyat Papua Barat yang dibantai oleh Indonesia. Ini adalah pelanggaran HAM yang belum pernah diungkap. Negara-negara Asia Afrika itu, terutama Indonesia harus berkaca,” ungkap Markus Medlama, dari Solidaritas Untuk Papua dalam acara Mimbar Bebas Kapanye Rakyat Anti Imperial di Bandung, Selasa, (21/04/2015).
Oleh karena itu, menurut Markus, dalam kesempatan KAA ini mereka mendesak pemerintah Indonesia untuk mengungkap peristiwa pembantaian tersebut. Bagi mereka bila kasus pelanggaran HAM di Papua tidak terungkap, maka nasionalisme rakyat Papua akan ganda, bahkan akan muncul semangat baru yaitu Papua Merdeka.
Selanjutnya kata Markus, mereka juga mendesak kepada pemerintah Indonesia, agar mengakui dan memohon maaf atas apa yang pernah dilakukan di Papua sebagai pelanggaran HAM. Begitu juga dengan ruang demokrasi di Papua yang harus dibuka.
“Pemerintah membuka ruang bagi jurnalis nasional maupun jurnalis internasional agar bisa meliput di Papua,” jelas Markus.[]
Berita Terkait
sumber-http://kabarkampus.com/2015/04/