kabar amugi kibah---Direktur Vivat Internasional Indonesia, Pastor Paul Rahmat, SVD,
memandang Lembaga Pengembangan Masyarakat Adat Suku Walani Mee dan Moni
(LPMA Swamemo) hadir sebagai posisi tawar yang tinggi untuk menghadapi
gempuran dari investor kapitalisme dan neoliberalisme dalam menyuarakan
masyarakat kaum tak bersuara di tanah Papua, khususnya di Mee-Pagoo.
"Saya
kenal Swamemo sejak tahun 2013 di Jakarta, ketika itu mereka datang
dengan membawa persoalan yang terjadi di sepanjang kali Degeuwo yaitu
persoalan penambangan emas, hutan konservasi secara liar, masalah tanah
adat kemudian masyarakat asli yang termarginalkan. Waktu itu kami
berdikusi panjang lebar," kenangnya.
Ia menilai lembaga yang
dipimpin Thobias Bagubau ini sedang melakukan peran kenabian, karena
bekerja untuk kepentingan masyarakat yang menjadi korban dari
pembangunan. Selain itu, kata dia, LPMA Swamemo menggantikan peran
strategis dalam memperkuat politik identitas bagi rakyat Papua.
"Terkadang
sebagian masyarakat dikorbankan atas nama pembangunan oleh kapitalisme,
neoliberalisme dan bentuk penjajahan lainnya. Padahal, kita
menginginkan agar masyarakat mendapatkan keadilan pembangunan tanpa ada
kecurangan. Di sini LPMA Swamemo sebagai nabi yang hadir untuk
menyelamatkan kaum yang termarginalkan," jelas Pastor belum lama ini.
Pastor
Paul mengharapkan lembaga yang belum lama ini meluncurkan
sekretariatnya secara resmi itu, benar-benar memperjuangkan hak-hak
masyarakat adat agar mendapatkan keadilan yang sejati.
"Sebagai
alternatif perjuangan hak ekonomi budaya, kita harapkan agar dapat
dinikmati oleh anak cucu karena masyarakat adat punya peran strategis
dengan harapan orang Papua harus menjadi tuan di atas tanahnya sendiri,"
ujarnya.
Orang Papua, lanjut dia, diharapkan agar bangkit
mengolah hutan, mengolah hasil bumi sendiri dengan memperkuat kapasitas
masyarakat adat, indegenous people. Selain itu, kata pastor,
membangkitkan identitas politik masyarakat adat dan melakukan kerjasama
dengan DPRD, DPRP dalam menyalurkan aspirasi masyarakat adat.
Membangun
kerja sama dengan pemerintah, bukan sebagai "mitra" tetapi dapat
bekerja sama demi pembangunan yang berkelanjutan untuk masyarakat adat.
Membuka jaringan ke lembaga-lembaga internasional melalui mekanisme
sesuai hukum yang berlaku.
Untuk diketahui, Vifat lebih khusus
menangani bidang HAM, sosial ekonomi dan sosil budaya. Tugas mereka
memfasilitasi masyarakat adat untuk bertemu dengan lembaga-lembaga
terkait untuk melakukan pengaduan atas persoalan yang dialami oleh
masyarakat adat. (Hendrikus Yeimo/MS)
sumber-- Nabire majalahselangkah.com
Home »
KESEHATAN & LINGKUNGAN
» Pastor Paul: SWAMEMO Sebagai Nabi bagi Masyarakat yang Termarginalkan
Pastor Paul: SWAMEMO Sebagai Nabi bagi Masyarakat yang Termarginalkan
Written By Unknown on Jumat, 03 April 2015 | 04.13.00
Label:
KESEHATAN & LINGKUNGAN