kabar amugikibah-Pemerintah
Intan Jaya: Kembali disadarkan melalui isu di media masa, ditengah kalangan
masyarakat, intelektual, tokoh agama, tokoh adat, dan kepala daerah tidak di
tempat. Sudah barang tentu kekecewaan juga terhadap kepala daerah yang tidak
ditempat, kekecewaan mereka dapat dilihat oleh masyarakat terhadap pelayanan.
Masyarakat menilai kepala daerah dan SKPD-nya ditempat kerja. Padahal,
Masyarakat sudah lama merindukan transformasi baru terhadap pelayanan keberpihakan
kepada masyarakat. Katanya: “Jangan libur terlalu lama di luar Kabupaten karena
kami rindu dan membutuhkan terobosan baru, wajah pembangun harus berubah”.
Sudah memasuki pemerintahan definitif
sejak dilantik sampai kini tidak ditempat. Pemerintahan masih kacau
balau. Semua SKPD berjalan semau mereka, entah kenapa? yang jelas kepala daerah
sendirilah yang tahu alasan mereka tidak ditempat kerjanya.
Satu
hal yang menjadi kwatir adalah tidak mendisplingkan SKPD di lingkungan
pemerintahaa. Kepala Daerah juga harus menjadi contoh untuk menetap di daerah.
Contoh bagi SKPD di lingkungan pemerintahannya, tidak selamanya kepala daerah
harus keluar banyak. Sudah jenu mendengar diberbagai media sosial bahwa kepala
daerah tidak di tempat membuat juga para SKPD tidak di
tempat. Buktinya kita lihat semua kantor pemerintahan rumput naik setinggi
lutut manusia. Andai Bupati, Wakil Bupati, SKPD dan Jajarannya di tempat, maka
tentu saja rumput di sekitar kantor di lingkungan pemerintahan tidak setinggi
lutut manusia.
Untuk
membersihkan rumput yang tinggi itu, tentu tidak ada lain, selain Pemda harus ditempat. Andaikan saja, orang berbudaya dan beradat, setiap
kali mengadakan pesta barapen atau setidaknya ada orang di lingkungan
pemerintahan, maka rumput di halaman rumah tidak setinggi lutut. Itu tanda
bahwa pemerintahan tidak jalan dengan baik dan libur berbulan-bulan di
kabupaten lain. Ungkapan masyarakat bahwa kami senang kepala daerah dan wakil
kepala daerah di tempat. Melayani masyarakat dengan hati karena kami memilih
kepala daerah untuk melayani kami dengan hati. Kami membutuhkan kehadiranmu
untuk merubah wajah seluruh Intan Jaya. Kami butuh pelayanan dan butuh uluran
tanganmu supaya kami menjadi tuan di tanah kami sendiri. Kami tidak mau menjadi
korban pembangunan yang tidak jelas dan tidak memihak masyarakat setempat.
Kami
masyarakat minta kepala daerah dan wakil kepala daerah mesti berada di tempat
tugas, mendisplingkan SKPD yang terlalu banyak keluar daerah dengan perjalanan
dinas sampai berbulan-bulan, kami tidak tahu mereka ke mana? Yang jelas kami
pilih dan kami angkat kepala daerah dan wakil kepala daerah bukan keliling Jawa atau pulau lain yang kami
tidak tahu, Jayapura, Timika dan Nabire.
Kami
tunjukkan ini sebagai aksi peduli kami supaya kepala daerah dan SKPDnya bisa
beta tinggal di kabupaten bukan berkeliaran dengan perjalanan dinas tidak
jelas. Semoga mengindahkan permintaan kami. Kami sudah bosan dan sudah lama
tidak ditempat. Ditempat tugas kepala daerah di kabupaten ini bukan di luar
dari kabupaten Intan Jaya.
Pemda di tempat, Masyarakat Menginginkan.
Selama
Pemda tidak ditempat kerja, maka akan mengakibatkan semua lini dalam pelayanan
masyarakat di kabupaten macet total. Padahal masyarakat mendambakan pelayanan
yang maksimal kepada masyarakatnya. Masyarakat melihat dan mengikat kepala
daerah untuk tinggal di tengah masyarakat dan bekerja untuk melayani masyarakat
setempat. Masyarakat membutuhkan pelayanan Pemda bukannya keluar dari Intan Jaya
sampai berbulan-bulan melupakan harapan
masyarakat setempat.
Dampak
dari Pemda keluar banyak dari kabupaten Intan Jaya, membuat semua aktifitas
tidak berjalan sebagaimana kita lihat selama ini. Kepala daerah di luar kota
maka wakil kepala daerah dan sekda harus menempati ruang yang kosong untuk menggantikan
posisi pelayanan kepada masyarakat. Namun hal yang terjadi saat ini adalah
kepala daerah yang keluar maka wakil kepala daerah dan semua SKPD pun ikut
terlibat keluar daerah dengan alasan yang tidak jelas. Ketidakjelasan tersebut
disebabkan karena tidak ada ketegasan dari kepala daerah dalam memberi intruksi
kesiplinan kerja dan tidak memberi kebebasan kepada SKPD pemerintahan untuk
menjalankan sesuai fungsi masing-masing.
Bupati Cari Kontraktor dan Pimpinan SKPD
Tidak Mau Kerja.
Baru
saja, penulis dengar dari orang melalui telepon, dan baca di media tabloidjubi Jayapura. Jubi – Mantan Kepala Dinas Kesehatan
Intan Jaya, meminta pemerintah setempat menunda pembangunan salah satu bangunan
Puskesmas di Kabupaten Intan Jaya. Katanya, program fisik itu tak
masuk dalam rencana pihaknya alias program ‘siluman’.
Entah
alasan apa sehingga mantan kepala dinas kesehatan bahwa rencana pembangunan
puskesmas sebagai program siluman Kabupaten Intan Jaya. Mantan Kepala dinas kesehatan
bukan pembangunan puskesmas tetapi dibutuhkannya adalah Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD). Itu merupakan Prioritas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya,
kata mantan Jacob Sani, SKM., M.Si,
ketika menjadi Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Intan Jaya. Tentu
saja, Pembangunan RSUD menjadi prioritas bagi pemerintah dan kebutuhan/keinginan
masyarakat Kabupaten Intan Jaya yang sangat mendasar sebagai sarana pelayanan
kesehatan.
Jika
dilihat, pernyataan seperti itu, kurang adanya koordinasi dengan SKPD
sebelumnya dan SKPD baru yang bersangkutan. Sisi lain, para SKPD
tidak senang dengan tindakan kepala daerah sebagai pemimpinnya. Untuk
itu kepala daerah harus memberi kebebasan kepada SKPD untuk mengatur dan
mengurus rumah tangga mereka sendiri sesuai job mereka. Kepala daerah tidak
perlu/terlalu banyak monopoli tugas dan tanggungjawab para SKPD dalam rangka
menjalankan program kerja para pemimpin SKPD di lingkungan Pemerintahan supaya
dapat menyukseskan visi dan misi Kepala Daerah.
Dampak
lain, kepala daerah yang mencari investor membuat SKPDnya kerja apa? Itulah
pertanyaan penulis kepada kepala daerah di sana, ya sebagai manusia tentu,
tidak akan beta bekerja di daerah Kabupatennya. Untuk itu, jangan heran, bila
pimpinan SKPD yang tidak beta dan berbulan-bulan di luar Kabupaten. Lalu
perpanjangan tangan kepala daerah: siapa lagi yang bapak mau percayakan? Hal
lain yang nampak di sana adalah semua SKPDnya menjadikan bahan sereb bagi
kepala daerah sendiri. Jangan dong, Bupati berikan kebebasan kepada SKPD untuk
menjalankan program bapak bupati sendiri untuk sukseskan Visi dan Misi yaitu “Intan Jaya sehat, Intan Jaya Pintar,
dan Intan Jaya Sejahtera”. Kalau
Bupati menjadikan SKPD menjadi bahan sereb, lalu yang diharapkan bapak Bupati
untuk membangun di Intan Jaya dan bagaimana reaksinya nanti?
Jujur
saja, semua SKPD hilang dan tidak ada di kabupaten karena tidak memberi kebebasan
untuk menjalankan program kerja, untuk itulah, saya khawatir dengan program
menjadi mimpi tinggal mimpi dalam visi dan misi Bupati, jika tidak berikan
kebebasan kepada SKPD untuk menyukseskan transformasi pembangunan daerah yang
akan berhasil. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, masih dalam sisa
waktu, masa pemerintahan bapa segera adakan terobosan-terobosan baru dan beri
kebebasan kepada SKPD supaya mengharumkan program Bupati di sana.
(Penulis oleh: Krismas
Bagau)
kabar amugi kibah
kabar amugi kibah