Jayapura, Jubi – Pemerintah Pemerintah (Pemprov) Papua, Kamis
(27/8/2015) menerima dua jurnalis Maori Tv, New Zealand, Adrian Senitofo
dan Karen Albanalp. Kedatangan kedua jurnalis asing ke Bumi
Cenderawasih adalah untuk menanyakan seputar makanan pokok masyarakat
pegunungan, yakni betatas (Ubi).
“Presiden Jokowi telah membuka akses untuk semua wartawan masuk ke
Indonesia termasuk Papua, dan hari ini kami menerima wartawan dari New
Zealan. Mereka sebetulnya mau mengangkat komoditas ubi karena ini adalah
makanan pokok masyarakat di pegunungan,” kata Sekretaris Daerah Papua,
Hery Dosinaen, di Jayapura, Kamis (27/8/2015).
Hery jelaskan, untuk Papua ada dua makanan pokok, dimana masyarakat
pesisir pantai adalah sagu, sementara pegunungan adalah ubi. “Hal ini
dikarekana diatas ketinggian 1000 meter dpl,” tambahnya.
Menurut Hery, inilah yang sebetulnya identik dengan masyarakat yang
ada di Australia, karena mereka mempunyai kesamaan dengan masyarakat
pegunungan, terutama mengenai bagaimana makanan itu dikelola, memanen,
memasak dan mengkonsumsi.
“Ini yang mau diangkat menjadi wisata ekonomi kreatif, yang kedepan
bisa dikemas untuk bagaimana masyarakat pegunugan mulai dari menanam
sampai dengan konsumsi serta bakar batu dan juga wisata wisata yang bisa
dinikmati,” kata Hery.
Untuk Papua, kata Hery, pemerintah Papua telah membagi lima wilayah
adat, dimana satu wilayah adat bisa mengakomodir beberapa kabupaten.
“Saya kira bukan hal yang sangat sulit ketika semua aparatur
melaksanakan tugas dengan baik, bagaimana meningkatkan ekonomi
masyarakat, dan juga semua lini harus bangkit untuk melihat bagaimana
perjuangan untuk hidup,” katanya lagi.
Saat diminta tanggapan soal kedatangan jurnalis asing ke Papua, Hery
katakan, siapapun wartawan asing yang datangan ke Papua, pemerintah
provinsi pasti menerimanya.
“Siapapun datang kesini kami menerima, sesuai apa adanya. Terserah
pihak lain mau memandang seperti apa, yang jelas dalam NKRI Presiden
telah memberikan kebebasan kepada semua wartawan, baik dalam negeri
maupun luar negeri,” ucapnya. (Alexander Loen)