Jayapura, Jubi – Dewan Perwakilan Rakyat Papua mempertanyakan kepedulian Pemerintah Pusat, dan pemerintah Provinsi Papua terhadap orang asli Papua dan korban penembakan oleh oknum TNI, Jumat lalu di Timika.
“Kapan pemerintah pusat (Pempus) ke Timika selesaikan insiden penembakan yang dilakukan oleh anggota TNI Kodim 1710 atas nama, Serka Makher dan Sertu Ashar kepada warga sipil yang sedang berada di depan gereja,” kata Anggota Komisi I DPR Papua, Laurenzus Kadepa kepada Jubi, Minggu (30/8/2015).
Kadepa berkisah, ketika Mushola terbakar sangat heboh di nusantara ini sampai para petinggi negara Republik Indonesia turun ke lokasi kejadian di Tolikara belum lama ini.
“Saya sangat heran-heran, ketika terbakarnya Mushola di Tolikara beberapa waktu yang lalu sangat heboh di mana-mana. Semua petinggi negara berdatangan di sana (Tolikara). Dan dalam sekejap Mushola tersebut dibangun kembali,” ujarnya.
Namun, dirinya mempertanyakan bahwa apakah yang lebih ternilai antara bangunan atau nyawa manusia? “Cara dan tindakan petinggi-petinggi di Jakarta masih kebalikan, seharusnya mereka melihat dulu mana yang utama. Ini nhyawa manusia. Manusia tidak berhak habiskan nyawa manusia lain,” bebernya.
Terpisah waktu dan tempat, Uskup keuskupan Timika, Mgr. Yohanes Philipus Saklil, Pr mengutuk tindakan menghilangkan nyawa manusia ciptaan Tuhan dan menegaskan hukum harus tegas memberikan rasa adil bagi korban.
“Tindakan kekerasan tidak menyelesaikan persoalan pribadi atau kelompok,” tegas Uskup Saklil.