Namun, Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua, Socratez Sofyan Yoman, tak dapat menutupi kekecewaannya.
Dalam siaran pers yang diterima Kabar amugi kibah, Socratez mengungkapkan keprihatinannya atas realitas yang menurutnya sangat menyedihkan.
"Kemajuan kota ini harus diukur dengan kemajuan masyarakat asli Numbay Jayapura. Saya melihat realitas yang ada di depan mata kita adalah penduduk asli sudah tersingkir dari seluruh aspek kehidupan," kata Socratez.
Dalam ulang tahun ke 106 itu, menurut Socratez, lazimnya seluruh instansi pemerintah, TNI/Polri, pengusaha dan perorangan akan menyampaikan ucapan selamat yang akan mewarnai seluruh kota yang merupakan ungkapan kebanggaan atas kemajuan dan perkembangan di kota yang berpenduduk majemuk itu.
Namun, pada saat yang sama, Socratez mengemukakan observasi yang ironis.
"Bahasa daerah punah, tanah adat hilang selamanya dan di tangan orang pendatang. Gunung-gunung dan bukit-bukit keramat sudah hancur," kata dia. Tanah-tanah di Numbay, lanjut dia, sudah banyak dipasangi plang bertanda tanah milik TNI AD dan TNI AL dan TNI AU.
Menurut Socratez, penduduk asli pemilik tanah Numbay tidak terlihat memiliki toko, rumah makan, hotel atau pun rumah kos. Socratez mengatakan ini adalah kehancuran atau pemusnahan satu suku di Tanah Papua.
sumber- Sinarharapa.com