VIRGINIA, - Herman Wainggai yang dikenal antara lain karena perjuangannya membawa 43 warga Papua mendapatkan suaka di Australia, diusulkan untuk masuk nominasi Nobel Perdamaian 2016.
Menurut situs West Papua Action Network AS (WPAN), Herman Wainggai dinominasikan oleh George Mason University -- tempatnya bekerja sebagai 'visiting scholar' saat ini -- sebagai pengakuan atas kerja dan komitmennya untuk 'perjuangan antikekerasan' di tanah airnya, Papua.
Herman Wainggai, masih menurut situs tersebut, selama ini telah mempromosikan strategi damai itu kepada masyarakat internasional; yakni bagaimana memecahkan konflik dalam kerendahan hati, kebenaran, kasih sayang, dan tekad.
Metode semacam ini, dikatakan telah berjalan dalam gerakan masyarakat sipil di AS dan telah membebaskan India dari penjajah.
Dalam situs WPAN, Pria kelahiran Jayapura, Papua ini, digambarkan telah 20 tahun mengabdikan diri untuk membebaskan masyarakat Papua dari represi pemerintah.
Kini ia menjadi pemimpin hak asasi manusia (HAM) di dunia internasional.
Tahun 2002, Herman dituduh melakukan subversi yang membuat dia mendekam di dalam penjara selama dua tahun.
Menurut pengakuannya sendiri, ia justru mengorganisasikan protes secara damai.
Pada tahun 2010, ia bekerja di Washington, DC, dan di sini ia mulai berkampanye, meminta dukungan organisasi multilateral, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, anggota Kongres Amerika, komunitas HAM, dan universitas untuk menyebarkan kesadaran dan pemahaman atas penderitaan yang dialami masyarakat Papua.
Berita tentang dinominasikannya Herman Wainggai telah disiarkan oleh sejumlah media di dalam negeri, tetapi belum mendapat banyak perhatian dari media arus utama.
satuharapan.com yang meminta pendapat beberapa tokoh Papua, mendapat tanggapan beragam tentang tokoh yang ini.
Markus Haluk, salah seorang personel Tim Kerja Domestik United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), menyambut baik nominasi ini.
"Kami mendukung dan apresiasi penuh. Ia salah satu aset bangsa Papua," kata dia, lewat pesan singkat kepada satuharapan.com.
Menurut dia, Herman Wainggai menjalankan perjuangan secara gigih untuk mempertahankan harga diri dan martabat rakyat Papua, walaupun nyawanya menjadi terancam.
"Sepuluh tahun lalu Tuan Herman Wainggai memimpin 43 orang Papua meminta suaka di Australia," kata Markus Haluk.
Tokoh Papua lainnya, Pendeta Gereja Kristen Injili di Tanah Papua, Karel Phil Erari, lebih berhati-hati dalam memberikan tanggapan.
"Saya tidak banyak komentar, karena tidak tahu rekam jejaknya (tentang perdamaian) sejauh itu. Bahwa dia membawa sejumlah orang Papua ke Australia, saya tahu. Tetapi untuk suatu proses perdamaian antara siapa dengan siapa, saya belum tahu," kata wakil ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia itu kepadasatuharapan.com.
Phil Erari menambahkan, nama Herman Wainggai sebagai seorang aktivis HAM yang berjuang untuk kemerdekaan Papua, ia sudah tahu. Tetapi bahwa ia berjuang untuk perdamaian antara Papua dan Jakarta, menurut dia, masih harus dilihat lebih jauh.
"Dia adalah aktivis untuk pro kemerdekaan Papua, Makanya dulu dia melarikan diri ke Australia dengan membawa sejumlah orang. Itu diakui. Ada keberaniannya. Diakui dalam sejarah," kata Phil Erari.
Phil Erari mengatakan baik-baik saja bila ia dinominasikan, dan tentu Panitia Nobel yang akan memutuskan. "Mereka pasti memiliki kriteria untuk itu. Selain ada tulisan, ada aktifitas yang terekam, itu semua akan dinilai," ia menambahkan.
Ketika ditanyakan siapa tokoh Papua yang sebaiknya dinominasikan apabila Phil Erari dimintai pendapat, ia mengatakan ada sejumlah tokoh.
Ia menyebutkan Andy Ayamiseba, pemimpin kelompok musik Black Brothers, yang menurut dia, konsisten menyuarakan membawa aspirasi Papua lewat musik.
"Sebetulnya banyak orang yang berjuang. Kalau saya lihat, orang-orang seperti Andy Ayamiseba, dia manajer Black Bross, orang yang konsisten, yang sekarang menetap di Vanuatu. Dia seorang yang konsisten lewat musik. Dalam rangka kemerdekaan, perdamaian, ia orang yang konsisten," kata Erari.
Sekilas Proses Nominasi Nobel Perdamaian
Sampai saat ini, menurut laman resmi panitia seleksi penghargaan Nobel,nobelprize.com, sudah ada 376 kandidat pemenang Nobel Perdamaian 2016.
Dari kandidat sebanyak itu, 228 di antaranya adalah individu dan 148 organisasi.
Tahun ini, sepanjang sejarah, merupakan nominasi terbanyak.
Ada beberapa kategori yang dapat pengajuan kandidat pemenang Nobel, menurut statuta Yayasan Nobel.
Pertama, anggota parlemen atau pemerintahan.
Kedua, anggota pengadilan internasional
Ketiga, rektor universitas, profesor ilmu sosial, sejarah, filsafat, hukum dan teologi, direktur institut penelitian perdamaian dan institut kebijakan luar negeri
Keempat, tokoh yang sudah pernah memenangi hadiah Nobel,
Kelima, anggota dewan pengurus organisasi yang sudah pernah memenangi hadiah Nobel,
Keenam, anggota atau mantan anggota Komiet Nobel Norwegia,
Ketujuh, Mantan penasihat Komite Nobel Norwegia
Komite yang memilih pemenang Nobel Perdamaian terdiri dari lima orang yang ditetapkan oleh Parlemen Norwegia.
Pengumuman pemenang akan dilaksanakan pada 7 Oktober 2016.
Nama-nama kandidat dan nominasi pemenang Nobel, menurut situs resmi Komite Nobel Norwegia, bersifat rahasia sampai 50 tahun.
Namun, setiap tahun nama-nama kandidat pemenang Nobel selalu muncul.
Sebelum Herman Wainggai, tokoh Papua yang pernah disebut dinominasikan untuk kandidat pemenang Nobel adalah Benny Wenda, saat ini sebagai Juru Bicara ULMWP.
Benny Wenda dinominasikan oleh sejumlah anggota parlemen dari berbagai negara pada tahun 2013 dan 2014.
Ia dinominasikan dengan alasan yang hampir sama dengan alasan pengajuan Herman Wainggai, yaitu dianggap berjasa memperjuangkan hak orang Papua dengan cara damai.
sumber-- SATUHARAPAN.COM