foto pulau papua
kabara amugikibah--papua, adalah ibu yang melahirkanku. Ibu yang membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Karena ia, memberiku asupan gizi yang cukup dengan Emas, yang melimpah dipulau ini. Kekayaan alam yang berlimpah di sana-sini. Dan sejauh mata memandang, warna hijau tak terkirakan. Ia beri aku protein dari hasil Emas yang tak pernah habis. Sehingga diriku menjadi kuat tak terkikis.
Tanah papua, memberiku keleluasaan menyinggahi setiap lekuk tubuh
indahnya. Elok nian. Begitu banyak penjajah pulau ini iri, sehingga selalu saja
melangar hak-hak asasi,Bahkan, menghabiskan Nyawa manusia,sampai mengklaim
bahwa apa yang lahir dari Ibu Papua adalah milik Etnis malanesia itu. Betapa
tak tahu dirinya mereka.
Papua , betapa besar jasamu melindungiku, sehingga memberiku
kenyamanan supaya setiap kali aku
terlelap dalam tidurku. Tanpa pernah merasa terganggu ataupun merasa takut bila
ada yang akan mengusikku .
papuaku, kau mengajariku bagaimana caranya bertoleransi
terhadap sesama atau penjaja di negri ini; mengajariku bagaimana memaafkan
tetangga-tetangga yang selalu saja mengusik; dan juga mengajariku cara untuk
berbesar hati ketika kau dihujat, dihina, direndahkan, bahkan ketika
diinjak-injak sekalipun. Dari situ aku tahu, bahwa kau memiliki kemuliaan jiwa,
selalu saja berlapang dada, dan memiliki kedewasaan dalam berpikir untuk
menghadapi segala. Hingga, walau kau ditimpa berbagai bencana yang membuat
dunia melirik dan bersimpati kepadamu, kau tetap tegar. Berdiri kokoh, bagai
tembok baja yang tak pernah runtuh.
Kau, memberiku arti bagaimana caranya menghadapi hidup
dengan bijak. Betapa kau membuatku terbentuk dengan sikap bijakmu itu. Sampai
aku bingung, bagaimana caraku membalas semua jasa besarmu padaku.
Kau, membuatku kikuk setiap kali aku ditanya oleh penjajah,
“Apa yang telah kau perbuat kepada Ibu Papua?” Tak bisalah aku menjawab. Seakan
mulutku tergagap, tidak keluar sepatah katapun. Dan hati ini, hanya bisa
menahan penyesalan penuh ratap. Betapa tidak pantasnya aku, menjadi anak yang
kau besarkan dengan segala kebesaran jasamu. Aku, bingung bagaimana caraku
membalasnya menyelamatkanmu.
Benar saja, aku terlampau bingung. Cukupkah jika ku menjadi
tentara yang bisa selalu melindungimu?; menjadi dokter yang bisa kapanpun menyembuhkan
lukamu setiap kali kau terluka?; menjadi guru yang mampu mengajarimu?; menjadi
penulis yang bisa mendiktemu huruf per huruf?; atau menjadi pemuka agama yang
setiap saat bisa menceramahimu dengan khotbah-khotbah yang membosankan itu?
Aku tak pernah tahu, betapa jasamu tak terkirakan.
Sampai-sampai, ketika nafasku tak berhembus lagi, kau tetap setia memelukku.
Ketika keluargaku pun meninggalkanku. Tapi kau tetap setia, memberi kehangatan
dengan aroma tanah yang indah,Tanah papua.
Aku pun tak pernah tahu, bagaimana cara menyatakan cintaku
yang tak seberapa jika dibandingkan dengan seluruh pengorbanan dan cintamu
padaku. Cinta yang selalu saja kupendam. Tak pernah sekalipun kuungkapkan
kepadamu. Kau, membuatku terharu. Karena aku, tak pernah mampu mengungkapkan rasa
cintaku itu. Baik ucap atau berbuat. Aku, terlampau lemah melakukan semua itu.
''aku mencintaimu pulauku papua''.
(penulis Tendy zongggonau)