Oktovianus Mote, Sekretaris Jenderal United Liberation Movement of West Papua (ULMWP) mengatakan ia telah menemui beberapa pemimpin Samoa, termasuk Perdana Menteri (PM) Samoa, Tuilaepa Sa’ilele Malielegaoi.
Dalam pertemuan dengan PM Tuilaepa ini, Mote mengatakan Tuilaepa tidak menyatakan dukungan tetapi mengatakan dia akan menindaklanjuti.
Dikutip dari Samoa Observer, Perdana Menteri, Tuilaepa Sa’ilele Malielegaoi, telah meyakinkan gerakan Papua Merdeka bahwa ia akan menindaklanjuti permintaan ULMWP kepada Samoa untuk dukungan dalam komunitas Pasifik.
Mote, Selasa (16/6/2015) berada di Samoa dalam perjalanan di pasifik untuk bertemu dengan para pemimpin negara-negara Pasifik dan mendapatkan dukungan untuk keanggotaan mereka di Melanesian Spearhead Group (MSG).
Meskipun tak ada komitmen dari Tuilaepa, namun Mote yakin bahwa Samoa akan mendukung misi mereka.
Mr Mote yang meninggalkan Samoa menuju Fiji, Jumat pekan lalu, mengatakan para pemimpin Tautua dan Dewan Gereja-gereja Samoa telah menyatakan dukungan penuh mereka.
Menurut Mr Mote, ketika Papua Barat dinyatakan merdeka pada tahun 1961, Samoa adalah salah satu dari sedikit negara yang hadir dalam perayaan kemerdekaan Papua dari penjajahan Belanda itu.
Papua Barat juga berperan dalam pembentukan Pasific Islands Forum (PIF) namun pada tahun yang sama, Indonesia mengambil alih Papua Barat dan memutuskan semua hubungan dengan wilayah tersebut.
“Alasan utama mengapa saya di sini (Pasifik) adalah karena Papua Barat berada di bawah ancaman saat ini,” kata Mote.
Ancaman tersebut adalah populasi bangsa Papua yang dibawah 50 persen dari penduduk di Tanah Papua saat ini.
“Bangsa Papua saat ini menjadi minoritas di atas tanahnya sendiri. Tahun 2020, populasi akan kurang dari 23 persen. Itu berarti lima tahun dari sekarang, kita akan kehilangan segalanya. Kita harus menghentikan ini karena Indonesia benar-benar mempercepat kolonisasi mereka,” ujar Mote
“Bangsa Papua saat ini menjadi minoritas di atas tanahnya sendiri. Tahun 2020, populasi akan kurang dari 23 persen. Itu berarti lima tahun dari sekarang, kita akan kehilangan segalanya. Kita harus menghentikan ini karena Indonesia benar-benar mempercepat kolonisasi mereka,” ujar Mote